Halaman
▼
Senin, 29 Desember 2014
CATATAN DI TIAP MALAM PERGANTIAN TAHUN
CATATAN DI MALAM PERGANTIAN TAHUN
Sudah menjadi tradisi menjelang datangnya tahun baru atau pergantian tahun selalu di isi dengan berbagai kegiatan untuk melepas tahun yang sedang berjalan dan menyongsong datangnya tahun baru. Dalam menyambut datangnya tahun baru umumnya dimeriahkan berbagai macam hiburan dan pesta di tempat-tempat umum bahkan di kota-kota besar dirayakan secara khusus di hotel-hotel mewah atau di tempat-tempat yang dianggap paling istimewa dan eksklusif. Tidak ketinggalan bagi warga yang hidup di daerah untuk berkunjung ke kota-kota besar untuk berlibur khusus menyambut malam pergantian tahun dan sebagian yang lain pergi ketempat-tempat wisata menghabiskan liburan akhir tahun dan awal tahun.
Perlu kita ingat, sejarah tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari tahun 45 SM tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai Kaisar Romawi. Ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad VII SM. Dalam mendesain kalender baru ini Julius Caesar di bantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari iskandaria yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahati sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan pada bulan Februari yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender ini. Tidak lama sebelum Caesar tebunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya yaitu Julius atau Juli. Kemudian nama bulan Sextilis di ganti dengan nama pengganti Julius Caesar yaitu Kaisar Agustus menjadi bulan Agustus. Jadi tidak ada yang istimewa tentang malam pergantian tahun baru.
Dilihat dari sejarahnya, maka dalam pandangan para cendikiawan muslim tentang perayaan malam tahun baru Masehi melahirkan beragam pendapat yang berbeda, ada yang mengharamkan dan ada yang membolehkan dengan syarat.
Bagi mereka yang mengharamkan perayaan malam tahun baru berpandangan bahwa perayaan malam tahun baru adalah ibadah bagi orang kafir yang merupakan satu kesatuan dari perayaan hari lahirnya manusia yang mereka anggap Tuhan yang ditafsirkan salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahirnya nabi Isa, selain itu perayaan tahun baru identik dengan kemaksiatan sehingga dengan adanya pengharaman bagi umat Islam untuk merayakannya adalah upaya untuk mencegah dan melindungi umat Islam dari pengaruh buruk yang lazim dilakukan para ahli maksiat.
Dan bagi mereka yang membolehkan dengan syarat berpandangan bahwa perayaan malam tahun baru Masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu, semua tergantung dari niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir maka tentulah hukumnya haram tetapi jika tidak diniatkan mengikuti ritual orang kafir maka hukumnya boleh dan tidak ada larangan.
Tentulah kita tidak bisa pungkiri dalam perayaan malam pergantian tahun banyak melenceng bahkan bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Banyak hal yang memang tidak bermanfaat dan bahkan dapat dianggap sebagai hal yang sia-sia atau mubazir, seperti menyalakan kembang api yang menelan biaya tidak sedikit bisa sampai jutaan rupiah atau mungkin miliaran rupiah. Bukankah akan lebih bermanfaat jika diberikan kepada fakir miskin atau anak yatim yang dalam kesehariannya mereka rela mengais-ngais sampah untuk mendapatkan sesuap nasi atau tidakkah uang yang kita gunakan foyah-foyah dalam malam tahun baru lebih baik untuk membantu pendidikan rakyat ketimbang menghabiskan uang rakyat ratusan juta tetapi rakyat sendiri merana?. Sungguh sebuah tindakan kezaliman yang tanpa kita sadari merasuki jiwa yang terlena dengan malam pergantian tahun.
Yang lebih disayangkan lagi, perayaan malam pergantian tahun selalu dipenuhi dengan kemaksiatan dan diisi dengan pesta pora untuk pemuasan hawa nafsu dengan meminum khamar (minuman keras), berzinah, tertawa dan hura-hura, begadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia, padahal ALLAH SWT telah menjadikan malam untuk beristirahat kecuali jika ada anjuran untuk Shalat malam.
Seyogianya malam pergantian tahun diwarnai dengan hal-hal yang positif baik secara individu, keluarga atau kelompok masyarakat atau dijadikan sebagai moment untuk intropeksi diri. Bertanya pada diri kita sendiri apa yang sudah dilakukan pada tahun yang akan kita tinggalkan, berhasil atau gagalkah? Kemudian berfikir tentang apa yang akan kita lakukan di tahun yang akan datang?
Proses pergantian tahun, harus pulah dimaknai dengan pemahaman dan penghayatan bahwa pergantian tahun menandakan berkurangnya dan bertambahnya umur (usia). Berkurangnya usia berarti semakin sedikit waktu untuk berbuat yang lebih baik di dunia ini karena jatah umur untuk hidup di dunia semakin berkurang sedangkan bertambahnya usia berarti bertambahnya kematangan dalam berfikir dan bertindak sehingga akan melahirkan kearifan dan kebijaksanaan serta sebagai pemicu semangat dan etos kerja untuk mengisi hidup dengan banyak berbuat baik karena sebaik-baik manusia ialah yang panjang umurnya dan banyak amal salehnya.
Tahun ini adalah kenangan dan tumpuan bagiku sebagai tempat berpijak untuk menapaki tahun berikutnya yang masih samar dan penuh tanda tanya. Semoga ALLAH SWT selalu menyertai langkah kita dalam mengarungi lautan tahun yang baru hingga kita mampu berdiri tegak sebagai pemenang, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat kelak………….. amin………………………
Oleh : ACSWIERT PHY
Sumber : Disarikan dari beberapa tulisan